Minggu, 05 Januari 2014

Jalan Panjang Dualisme Persebaya



18 Juni 1927       Paijo dan M Pamoedji mendirikan Persebaya

Menyambut Kompetisi ISL 2009-2010 Persebaya membentuk badan hukum bernama PT Persebaya Indonesia. Ini sebagai tindaklanjut dari instruksi  PSSI  saat itu yang mewajibkan seluruh klub miliki badan hukum.  Syarat ini juga yang diberikan AFC agar Indonesia bisa miliki kuota di  Liga Champions Asia dan AFC Cup.  Komposisi sahamnya PT ini terbagi; Saleh Ismail Mukadar 55 %, Cholid Ghoromah 25 % dan 30 klub anggota yang tergabung dalam Koperasi Surya Abadi mendapat 20 %.  Saleh Mukadar menjabat sebagai Komisaris Utama dan Cholid Ghoromah sebagai Direktur Utama.  Pada 27 Juli 2009, Badan Liga Indonesia (BLI) merestui PT Persebaya Indonesia sebagai badan hukum Persebaya Surabaya.  Surat Persetujuan ini dituangkan dalam surat BLI nomor 0753/A-08/BLI-3.1/VII/09

Akhir Kompetisi 2009                Persebaya  terdegradasi ke Divisi Utama.  Ketua Umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar dengan didukung  Bonek  lakukan perlawanan karena proses itu penuh rekayasa. Persebaya dikerjai habis-habisan demi PSSI. Laga tunda lawan Persik Kediri dipindah beberapa kali sampai akhirnya terakhir di gelar di Palembang. Semua itu dilakukan diduga untuk  menyelamatkan Pelita Jaya yang juga terancam degradasi.

2010     Persebaya pasrah. Tapi tidak dengan PSSI. Perlawanan yang ditunjukkan Persebaya ini membuat induk sepakbola nasional ini dendam. Bagaimana menyingkirkan Saleh Mukadar dari Persebaya. Kalau bisa mencoret Persebaya sekalian.  Buktinya, ditengah persiapan menyusun tim untuk berkompetisi di Divisi Utama, lagi-lagi Persebaya terkena masalah. Status Persebaya sebagai tim peserta kompetisi Divisi Utama 2010/2011 terancam dicoret. Ini tak lepas adanya surat edaran dari PSSI ke seluruh klub. Dalam surat ini disebutkan, seluruh klub harus membayar denda musim lalu. PSSI memberikan deadline hingga 10 September 2010. Jika tidak bisa membayar atau melunasi tepat waktu, maka klub tersebut akan dicoret keikutsertaannya di liga. Kekecewaan pun timbul dari Ketua Umum Persebaya, Saleh Ismail Mukadar. Ia mempertanyakan mengapa PSSI memberikan surat edaran yang waktu deadline-nya tepat di Hari Raya Idul Fitri.

5  Oktober 2010        Karena tak kunjung memberikan konfirmasi, Badan Liga Indonesia akhirnya mengeluarkan surat nomor : 0156/A-08/BLI-3.1/X/2010 tentang Status Peserta Divisi Utama Liga Indonesia 2010-2011  yang menyatakan, Persebaya tidak valid mengikuti kompetisi 2010-2011.
Saleh Ismail Mukadar lakukan perlawanan dengan membawa Persebaya tampil di LPI  yang digagas pengusaha Arifin Panigoro. Kompetisi di luar PSSI.

                 Keputusan ini menimbulkan gejolak di klub anggota Persebaya yang juga anggota PSSI Surabaya.  Sebanyak  7 dari 30 klub anggota lakukan mosi tak percaya dan menggelar Muscablub mengganti Saleh Mukadar dari posisi ketua umum PSSI Surabaya. Pada Muscalub yang digelar di Hotel Utami Juanda, Ketua DPRD Surabaya saat  itu, Whisnu Wardana terpilih sebagai ketua.  

             Pengangkatan ini direstui oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. Malah, Nurdin juga menyetujui Wishnu Wardana sebagai ketua umum Persebaya.  Selanjutnya, Persebaya didaftarkan ikut kompetisi  Divisi Utama. PSSI yang sudah terlanjur kirim surat pencoretan mengampuni dan menyetujui keikutsertaan Persebaya. 

            Tak miliki pemain, Vigit Waluyo (Putra HM Mislan) yang saat itu memegang tim Persikubar (Persatuan Sepakbola Kutai Barat) memboyong pemainnya untuk  membela Persebaya di Kompetisi Divisi Utama PSSI.  Perjalanan tim terseok-seo karena miliki materi seadanya. Malah diakhir musim, gaji pemain tak bisa dibayar karena dana APBD yang dijanjikan Wishnu Wardana tak bisa cair.

  Dualisme Persebaya yang ada di Surabaya disikapi Kapolda Jatim Irjen Badrodin Haiti dengan menyarankan penambahan nama dibelakang Persebaya yang akan tampil di LPI. Pasalnya, Polisi tak mungkin mengeluarkan ijin untuk dua Persebaya. Kebetulan, waktu itu Persebaya Wishnu yang sudah terlebih dulu mendapatkan surat ijin. Persebaya LPI kemudian menambahi angka 1927 dibelakangnya agar bisa diijinkan main di Surabaya.

9 Juli 2011   KLB PSSI di Solo memilih Djohar Arifin Husin sebagai ketua umum menggantikan Nurdin Halid. Sebelumnya, kekuasaan Nurdin juga dipreteli FIFA dengan dibentuknya Komite Normalisasi yang dipimpin Agum Gumelar. Seiring naiknya Djohar, La Nyalla Mattaliti juga terpilih sebagai Eksekutif Komite (Exco) PSSI. Menariknya, surat dukungan untuk naiknya LNM ini diberikan oleh Persebaya dengan ditandatangani oleh Saleh Ismail Mukadar (SIM).

Era ini, Persebaya 1927 ganti yang diakui PSSI. Sebaliknya, Persebaya Wishnu ganti berada di luar. Perkembangan berikutnya, SIM dan LNM pecah kongsi seiring dengan  penolakan beberapa klub ikut IPL. SMI tetap di PSSI sedang LNM lakukan perlawanan dengan mendirikan KPSI. Persebaya Wishnu pun makin dapat angin dan tampil di Kompetisi Divisi Utama PT LI. Bersamaan dengan itu, Persebaya DU pun miliki badan hukum yakni PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB).  

PSSI coba  menengahi dualisme ini.  Exco memutuskan kedua badan hukum ini harus merger, membentuk PT dengan komposisi saham yang ditentukan PSSI yakni  PT Persebaya Indonesia 30 persen, PT MMIB 30 persen dan Klub Anggota 40 persen.  Keputusan ini bubar seiring dengan langkah PT MMIB yang menarik diri dan putuskan tetap lanjutkan Persebaya DU ikut Kompetisi dibawah PT Liga Indonesia. Kompetisi di luar PSSI.
.
Peta kembali berubah. Pada 13 Maret 2013, pelaksanaan KLB PSSI di Jakarta menjadikan ISL juga diakui PSSI, selain Kompetisi IPL. Otomatis Persebaya DU yang ada didalamnya pun dapat pengakuan.  Belakangan PSSI menegaskan PSSI tidak  akui Persebaya 1927.  Puncaknya saat PSSI putuskan gelar play off  Kompetisi IPL dimana Persebaya 1927 tidak diikutsertakan.  Keputusan ini mendapat reaksi keras dari  Bonek pendukung Persebaya 1927. Puncaknya mereka menggelar aksi demo ke Balai Kota, Jum’at (3/1).  ****

Persebaya, Penumbuh atau Penumpas Asa ?


Jika saat ini masih hidup, Paijo dan M Pamoedji, barangkali akan mengelus dada.  Sedih tak terkira dengan  klub yang didirikannya  pada 18 Juni 1927 lalu yang bernama Persebaya, bisa cerai berai seperti sekarang. Semangat persatuan  dan perjuangan yang diusung kala mendirikan saat itu, luntur, tergantikan oleh perpecahan; Persebaya 1927 dan Persebaya ISL.
Kedua Persebaya ini, saling klaim sebagai yang sah. Repotnya, keduanya juga miliki  basis suporter (Bonek) yang sama-sama fanatik.  Persebaya 1927  mengaku paling sah karena miliki akar historis yang kuat.  Selain dukungan dari klub anggota,  musim lalu,  tim yang bermain di IPL ini  diperkuat nama-nama yang sangat familiar dengan publik bola Surabaya. Seperti Andik Vermansah, Mat Halil,  Taufik sampai rising star Evan Dimas. Deretan nama ini seperti menjadi justifiksi bahwa Persebaya ini  adalah yang asli.
Persebaya ISL juga  miliki sederet alasan sehingga  pantas disebut sebagai yang paling berhak membawa nama Persebaya di pentas sepakbola nasional. Pengelola  tim yang musim lalu  bermain di Divisi Utama (DU)  ini mengklaim  sebagai penyelamat saat petinggi Persebaya saat itu, Saleh Mukadar dkk berselisih dengan  Ketua Umum PSSI Nurdin Halid.  Andai tak ada Persebaya DU, nama Persebaya  bakal dicoret dari kompetisi sepakbola  di bawah naungan PSSI.
Entahlah. Yang pasti, di kalangan bawah perpecahan ini menjadi bencana. Bentrok antar  bonek sampai memaksa aparat kepolisian turun tangan (Jawa Pos,30/12).  Merasa sebagai pendukung Persebaya yang asli menjadi pembenar diantara aksi  kekerasan tersebut.  Ironis sekali.
Pada titik ini, patut direnungkan, untuk apa keberadaan Persebaya di bumi Surabaya? Konflik berkepanjangan  tak hanya menguras energi, dana dan semua sumber daya. Konflik ini membuat Persebaya menjelma menjadi beban kota.  Lebih dari itu, konflik ini membuat kerja besar Persebaya sebagai penumbuh harapan, sudah pasti ikutan terbengkalai.
Bagi sebagian besar warga kota, Persebaya memang bukan sebatas nama sebuah klub sepakbola.  Dia adalah kebanggaan sekaligus penumbuh harapan untuk senantiasa optimistis menghadapi keras dan beban berat problematika hidup. Dari anak-anak sampai orang dewasa semua miliki alasan tersendiri untuk bangga dan mendukung Persebaya.  Tanyalah pada anak-anak dan remaja di  kampung-kampung padat di Surabaya. Saat ditanya cita-cita, spontan pasti mereka akan  menjawab  ingin seperti Andik Vermansah, Taufik dan para pemain Persebaya lainnya. Tak hanya saat ini, fenomena ini turun temurun di tiap masa. Mulai era Rusdi Bahalwan sampai Yusuf  Ekodono.  Di tiap masa yang dilalui, figur-figur itu menjadi sumber inspirasi dan harapan bagi sebagian besar warga kota.  
Kekuatan akan harapan ini tak bisa diremehkan. Harapan memiliki kekuatan dahsyat yang disebut cita cita. Hasrat hati untuk meraih cita cita membuat orang mampu bertahan untuk hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Menjadikan seseorang tabah dalam menghadapi segala masalah kehidupan karena memiliki keyakinan bahwa suatu waktu impiannya akan menjadi kenyataan.
Sudah pasti, ini adalah  energi positif yang sangat berguna untuk mengurai problematika di Surabaya. Kekuatan sebuah harapan  inilah yang akan menumbuhkembangkan Surabaya menjadi hebat lagi dari yang sekarang.
Nah, akankah energi positif itu harus hilang begitu saja akibat konflik para elit Persebaya? Sudah pasti tidak.  Semua pihak perlu menyadari ini. Konflik hanya akan menjadikan pemenang sebagai arang dan yang kalah menjadi abu. Sama-sama rugi.  Kenapa tidak berfikir untuk duduk bersama, saling melengkapi kekurangan masing-masing?

Sabtu, 04 Januari 2014

2014 Tahun Politik

Banyak yang menyebut 2014 ini sebagai tahun politik. Sebutan ini merujuk pada dua  kegiatan politik nasional yang terjadi pada 2014 yakni Pemilihan Legislatif pada 8 April 2013 dan Pemilihan Presiden yang  diusulkan KPU pada kisaran Juli mendatang.

Namanya Tahun politik,  semua pada fokus pada aktifitas politik. Khususnya  pada dua  perhelatan tersebut. Pada menduga kira-kira kontruksi politik nasional nanti bakal seperti apa? Siapakah partai pemenang pemilu dan Presiden  RI mendatang.

Deretan survey dan polling sudah dilakukan. Sejauh ini dua besar posisi partai politik bakal diduduki oleh PDI Perjuangan dan Golkar. Demokrat tidak dihitung karena sepanjang 2013 lalu, partai berlogo mercy ini babak belur dihantam  kasus korupsi. Bagaimana dengan Presiden? Sosok Jokowi dikatakan survey cukup fenomenal.  Kendati belum teruji memimpin Jakarta namun namanya dipersepsikan publik (setidaknya lewat survey) sebagai calon yang pas menggantikan SBY.  Kans lain juga didapat Prabowo Subianto.  Mantan Danjen Kopasus ini  juga jadi harapan. Persepsi publik menempatkannya sebagai sosok yang tegas. Sebuah sikap yang dirindukan selama kepemimpinan SBY.

Semua akan terjawab sepanjang 2014  .........

Semen Indonesia; Jaga Konsistensi Kawal Sinergi dan Inovasi

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 20 Desember 2012 lalu memberi makna penting bagi perjalanan PT semen Indonesia (Persero) Tbk. Hari itu, para pemegang saham menyetujui keputusan strategis pada Perseroan yang didirikan pada 7 Agustus 1957 ini. Nama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk secara resmi menggantikan nama sebelumnya, PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Pergantian nama tersebut membawa sederet konsekwensi. Semen Indonesia (SMI) kini tidak lagi bermain di tingkat operasional, peran yang dimainkan saat masih bernama Semen Gresik. SMI berubah menjadi Strategic Holding Grup yang lebih bermain di kegiatan yang bersifat strategis. Sekaligus membuat kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh seluruh Operational Company (Opco). Saat ini, SMI miliki empat Opco yakni Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa dan Thang Long Cement Vietnam. Secara kuantitatif, pasca RUSLB ini, SMI menjadi makin digdaya di pasar semen nasional. Prosentase penguasaan pasar makin meningkat. Saat ini kapasitas produksi Semen Indonesia (SMI) sebesar 27,7 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 45% pangsa pasar semen domestik. Upaya sinergi ini juga memberi hasil positif pada sederet catatan keuangan Perseroan. Pada 2012 lalu, revenue SMI tercatat Rp 19,64 triliun. Bandingkan pada catatan revenue 2004 lalu yang ‘hanya’ Rp 6,07 triliun. Tahun 2013, jumlah itu diperkirakan bakal naik tajam. Tilik saja pada laporan yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Oktober lalu. Pada kuartal III 2013, SMI telah membukukan laba bersih Rp 3,906 triliun. Naik sebesar 15,32 persen dari kuartal II yakni Rp 3,389 triliun. Jika dibanding pada kuartal yang sama tahun 2012 ada kenaikan sebesar 27,24 persen. Waktu itu, pendapatan sampai kuartal III sebesar Rp 13,667 triliun dan pada 2013 meraih Rp 17,390 triliun. Mengingat masih ada sisa waktu di kuartal IV 2013 ini, diprediksi jumlah revenue akan naik dibanding tahun 2012 lalu. Dibalik sederet catatan positif tersebut, ke depan tantangan berat sudah menanti SMI. Memasuki 2014, kondisi sosial politik diperkirakan bakal mempengaruhi ekonomi nasional. Para investor, kemungkinan besar akan menunda beberapa proyek yang akan dikerjakan. Semua lebih bersikap pasif, wait and see melihat perkembangan sosial politik di tanah air. Buntutnya ini juga akan berpengaruh pada permintaan semen di pasar nasional. Maklum, 2014 adalah tahun politik. Sedikitnya ada dua hajatan nasional yang akan sangat mempengaruhi perjalanan bangsa ke depan yakni Pemilu Legislatif pada 9 April 2014 dan dilanjut pemilihan presiden yang diperkirakan digelar pada bulan Juli. Namanya juga tahun politik, tensi politik juga sudah mulai menghangat yang ujungnya berimbas pada kondisi ekonomi nasional. Indikasinya sudah bisa dilihat di nilai tukar rupiah yang terus melorot. Selain karena faktor ekonomi global penurunan ini diprediksi akan terus terjadi sampai dipastikan kondisi sosio politik tetap settle pasca dua hajatan nasional di atas. Dari sisi ekonomi, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 7,5 persen dan aturan uang muka kredit rumah kedua bakal menjadi penghambat penjualan semen. Kenaikan BI rate, diikuti kenaikan suku bunga kredit perbankan serta kondisi ekonomi global juga ikut andil mempengaruhi penjualan Semen Indonesia di dalam negeri. Tantangan bagi SMI tak hanya berhenti sampai di situ. Beberapa tahun ke depan, persaingan di pasar semen nasional dipastikan bakal makin riuh. Dari data yang dirilis Kantor Kementerian Perindustrian, sebanyak 12 investor siap menggelontorkan dana sekitar US$ 6,68 miliar (Rp 65,03 triliun) untuk membangun pabrik semen di Indonesia pada 2013-2017. Investasi tersebut akan melipatgandakan kapasitas produksi semen menjadi 108,77 juta ton, atau bertambah 48,3 juta ton dari akhir 2012 masih 60,47 juta ton. Investor lama yang kini telah memiliki pabrik semen akan menambah kapasitas produksi 35,3 juta ton dengan nilai investasi US$ 4,83 miliar (Rp 47,03 triliun). Selain SMI mereka ada juga pemain lama yakni Lafarge Cement Indonesia, PT semen Baturaja (Persero), PT Indocement TP Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, serta PT Semen Bosowa. Pendatang baru akan membangun pabrik semen dengan total kapasitas 13 juta ton dan bernilai investasi sekitar US$ 1,85 miliar (Rp 18 triliun). Investor ini terdiri atas Anhui Cement (Tiongkok), Siam Cement (Thailand), China Triumph, State Development and Investment Cooperation (SDIC) asal Tiongkok, Wilmar (Semen Merah Putih), serta PT Jhui Shin Indonesia (Taiwan) atau Semen Karawang. Terhadap persaingan pasar yang makin kompetitif, SMI tak perlu ragu. Banyak yang memprediksi, BUMN yang pertama kali go public ini bakal tetap bertahan sebagai market leader. Ini tak lepas dari langkah-langkah strategis yang telah dilakukan perusahaan. Salah satunya dengan menyinergikan semua sumber daya yang ada. Perubahan SMI menjadi strategic Holding Company adalah bagian dari ikhtiar tersebut. Perseroan ini tak hanya bertahan tapi juga menjadi pemenang di tengah persaingan yang makin kompetitif. Menjadi perusahaan yang tidak terkalahkan. Baik dari sisi kapasitas, pemasaran, produksi maupun dalam persaingan di pasar umum. Selain itu, SMI juga miliki modal Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Ini terlihat dari tertanamnya tradisi inovasi yang kuat di seluruh karyawan. Lewat inovasi, Perseroan mampu meningkatkan efesiensi hingga ratusan miliar. Bahkan, sejak 1999 lalu, tradisi inovasi ini telah dikompetisikan lewat gelaran Semen Indonesia Award of Innovation (SMI-AI). Ribuan karyawan terus didorong dan dipacu guna berpikir kreatif, out the box guna memberi nilai lebih bagi Perusahaan. Pekerjaan terbesar bagi SMI sekarang adalah konsistensi. Bagaimana terus mengawal proses sinergi yang sudah berjalan guna mencapai visi Perseroan sebagai perusahaan persemenan terkemuka di Asia Tenggara. Begitu juga dengan tradisi inovasi yang telah dibangun. Dua hal itu diyakini akan membawa SMI tetap survive di tahun politik. *** 

Satu Persebaya, Mungkinkah?

sisa postingan sampai selesai